Saturday, 29 March 2008

Kota Penuh Keramahan


Sejak pertama menginjakkan kaki di Bangkok hingga meninggalkan negeri gajah ini, satu hal yang sangat berkesan adalah keramahan yang kami terima dari hampir semua orang yang kami temui.

Senyuman, sapaan dan ucapan terima kasih dengan mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada sambil mengucapkan Kop Pun Krap… atau Kop Pun Ka…selalu menjadi hidangan setiap kami datang atau meninggalkan tempat yang kami kunjungi.

Mulai dari pemandu wisata yang selalu menghiasi wajahnya dengan senyuman dan sikap melayani yang luar biasa, bapak sopir bis yang juga selalu mengantarkan rombongan tur ke tempat tujuan dengan penuh helpful sampai para penjaja makanan maupun pedagang suvenir. Keramahan juga ditunjukkan oleh para penjual tiket pertunjukan, petugas administrasi, pengawal istana sampai para polisi wisata.

Ketika mengunjungi Wat Arun misalnya, saya sangat kagum dengan sikap para penjual suvenir yang melayani dengan cekatan dan ramah. Meskipun barang yang dijual tidak bisa ditawar karena mereka memberikan harga pas, tapi kualitas barang yang dijual memang memuaskan kami. Dengan bahasa Indonesia yang cukup baik, penjual yang rata-rata wanita ini melayani dengan penuh antusias. Mereka bahkan sering menggunakan istilah-istilah prokem yang sedang ngetren di Indonesia, bahkan saat saya memasuki sebuah toko, ibu pemilik toko memutar lagu Ebiet G Ade, seakan tahu lagu kesukaan saya itu.

Saya jadi teringat beberapa bulan lalu mengunjungi Pasar Klewer bersama beberapa teman kantor. Waktu itu kami baru pulang kondangan pesta pernikahan rekan kami. Sebelum pulang ke Tegal, kami mampir untuk membeli oleh-oleh di pasar terbesar di Jawa Tengah ini. Solo yang menjadi icon keramahan orang Jawa, ternyata tidak serta merta kami terima di pasar ini. Ibu penjual jajan khas kota keraton ini bahkan melayani dengan sikap sangat ketus dan bahasa yang menyakitkan telinga, nyelekit menurut istilah di kampung saya. Saat kami tidak jadi membeli, bahkan si Ibu sempat mengucapkan kata-kata sinis yang menyakitkan hati.

Berbeda dengan sikap yang kami terima selama di Bangkok ini, hampir semua orang menyapa dan melayani dengan ketulusan, bahkan jika kami tidak jadi membeli barang sekalipun mereka tetap mengucapkan terima kasih atas kedatangan kami.

Jangan ditanya keramahan para pramugari di pesawat Thai Airways internasional yang kami tumpangi dari Jakarta ke Bangkok dan sebaliknya, sangat kontras dengan pelayanan pramugrai Garuda Indonesia yang kami ikut naik dari Jakarta ke Semarang. Atau jangan ditanya keramahan para nong-nong yang menunggu pelanggan di panti-pnati pijat yang tersebar hampir di semua tempat di Bangkok dan Pattaya.

Jangan ditanya keramahan para model di lokasi Model Show. Jangan ditanya keramahan para artis di Alcazar Show. Jangan ditanya!

No comments: