Saturday, 29 March 2008

Thailand, Tanah Merdeka yang Tak Pernah Dijajah


Sawatdi Krap…
Yin di ton rap fi Bangkok


Ucapan ramah menyambut kami begitu menginjakkan kaki di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok. Selamat siang, selamat datang di kota Bangkok, begitulah kira-kira arti kalimat tersebut. Seorang laki-laki berusia kurang lebih 30 tahun yang akan menjadi pemandu kami selama melakukan tur di Bangkok dan Pattaya dalam 3 hari ke depan. Dengan bahasa Indonesia yang sangat lancar, guide dari Janesak Travel Co. Ltd. Bangkok tersebut langsung menyalami kami, memperkenalkan diri dan mengantar kami menuju bis yang akan membawa kami berkeliling.

Sampai di luar bandara, seorang wanita cantik berpakaian adat Thailand menyambut kami dengan kalungan bunga yang terangkai cantik pula. Kami ibarat rombongan wisatawan yang pertama kali hadir di sebuah momentum tahun kunjungan wisata. Jadi teringat bahwa tahun 2008, pemerintah kita membuat program wisata Visit Indonesia 2008.

Setelah berfoto dengan nong cantik tersebut, kami menaiki bis yang telah disiapkan. Jumlah rombongan ada 25 orang termasuk pemandu. Bangunan bandara yang membuat kami takjub sejak turun dari pesawat semakin membuat kami terpesona ketika melihat bangunan dari luar gedung. Dengan model bangun yang futurisktik, pantas sekali pelabuhan udara ini menjadi bandara internasional.

Awalnya, kami melihat Thailand ini tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Melihat bentuk bangunan, struktur tanah, tata kota dan jalanraya, sepertinya hampir sama dengan Jakarta, Semarang atau kota-kota besar lain di Indonesia. Apalagi saat memasuki perbatasan kota Bangkok, rumah susun yang tidak terlalu rapi, sungai yang agak jorok, perkampungan sedikit kumuh, beberapa masjid di kejauhan, jalanan yang mulai macet mengingatkan suasana ibokata negara kita.

Sejak bis berjalanan, pemandu menceritakan banyak hal tentang latar belakang negara Thailand, kota Bangkok, situasi ekonomi dan politik terkini, perdagangan dan pariwisata yang menjadi tumpuan pendapatan negara yang juga disebut Muangthai ini.
Thailand berasal dari kata Thai yang berarti merdeka (juga merupakan nama suku yang tinggal di bagian utara negara ini) dan Land yang berarti tanah. Jadi Thailand adalah tanah merdeka. Negara ini tidak pernah dijajah bangsa lain. Maka dari itu negara ini tidak memiliki Hari kemerdekaan. Mereka hanya memperingati hari ulangtahun ibukota, hari ulangtahun raja atau hari naik tahtanya raja (jumenengan, dalam adat keraton).

Dengan jumlah penduduk kurang lebh 63 juta jiwa, negara yang memiliki nama lain Siam dan Muangthai ini terdiri dari 3 suku besar yang tinggal di bagian utara (tai), selatan dan timur (suku isan). Meskipun ada beberapa gejolak di bagian selatan negeri ini, namun secara umum keadaan negara ini relatif aman. Terjadinya kudeta yang sudah mencapai 20 kali tidak terlalu berpengaruh pada stabilitas ekonominya yang selalu pulih setelah ada gejolak.

Dipimpin oleh seorang raja dan kegiatan pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri, negeri penghasil buah-buahan ini penduduknya sebagian besar beragama Budha dan Hindu. Sebagian lainnya beragama Kong Hu Cu, Kristen, Katolik dan Islam.

Raja Bhumibol Adulyadej yang tahun lalu merayakan ulangtahunnya ke-81 dan masih berkuasa sampai saat ini telah menduduki tahtanya selama 61 tahun lebih.

No comments: