Sunday 30 March 2008

The Royal Dragon, Pelayan ber-flying-fox dan Sepatu Roda



Diferensiasi, adalah kata kuci sukses pemasaran menurut Hermawan Kertajaya. Dan rumus inilah yang rupanya diterapkan oleh The Royal Dragon, salah satu restoran terbesar di dunia yang ada di Bangkok.

Apanya yang beda?

Restoran bergaya klasik Cina ini memang memiliki banyak keunikan. Mulai dari disain bangunanannya, jenis masakannya, model penyajian dan masih banyak lagi.

Begitu tiba di halaman parkir restoran ini saya dibuat takjub dengan pemandangan yang ada di depan mata. Sebuah bangunan megah mirip kuilnya Wong Fei Hung dalam film Kungfu Master. Di bagian lobby, kami disambut seorang resepsionis dan di sebelah kirinya ada replika sertifikat Guiness Book of Records dalam ukuran besar. Rupanya ini adalah sertifikat yang diterima restoran ini pada tahun 1992 sebagai restoran terbesar di dunia.

Terbesar dalam hal apa?

Rumah makan bergaya oriental ini mampu menampung 5000 pengunjung sekaligus, menempati bangunan seluas 16.000 m2 untuk melayani pelanggannya, di luar ruang masak yang punya 9 buah dapur dan masih ada lapangan parkir seluas 13.372 m2.

Di restoran ini bekerja lebih dari 1200 orang yang terdiri atas staf, pelayanan, chef dan yang lainnya. Mempunyai 3000 jenis item makanan yang bisa dipilih dan dengan utiliti yang dimiliki: 24.500 buah piring dan 17 ribu lebih sendok dan garpu untuk menyajikan menunya.

Yang menarik bukan hanya itu. Karena luasnya area yang harus di-cover oleh para pelayanan, maka para pramusaji menggunakan sepatu roda untuk mondar-mandir dari dapur ke ruang saji. Maka jalan-jalan di sepanjang koridur menjadi riuh renah sepatu roda para pelayanan yang membawa menu sajian atau mendorong kereta berisi makanan menuju ke tempat para pelanggan. Semua pelayan berpakain khas Cina berbagai warna, lengkap dengan topi uniknya seperti yang kita lihat di film-film mandarin.

Saat sedang asyik menikmati makanan, kami dihebohkan suara orang yang bergemuruh. Ternyata tepat di samping tempat kami makan, salah seorang pelayanan sedang menggantung pada sebuah tali dari sling baja membawa mangkuk besar berisi sup panas. Ternyata pelayan tersebut mengantarkan makanan dengan cara menggantung di tali, persis seperti flying fox hanya saja ia menggunakan roda dan bisa bolak-balik dari dapur ke ruang saja atau sebaliknya.

Malam itu menjadi malam terakhir yang mengesankan di Bangkok. Paling tidak saya pernah menikmati makanan di salah satu restoran terbesar di dunia. Dan yang lebih penting lagi adalah pelajaran, bagaimana mengemas sebuah produk dan layanan sehingga menjadi kenangan yang mengesankan bagi pelanggan.

Sampai disini saya dapati hampir semua yang saya alami dan lihat di sepanjang perjalanan wisata ini adalah kenangan yang mengesankan. Memorable Expperiences.

Gajah Cerdas dan Kreatifitas Sri Racha



Setelah menikmati sajian apik seni tradisional Thailand, masih di kawasan Nong Nooch Village, kami menyaksikan atraksi gajah. Lokasinya tidak jauh dari Sanggar Pementasan Tari. Begitu selesai pertunjukan kesenian, pengunjung diarahkan menuju sebuah lapangan yang letaknya di belakang panggung. Lapangan untuk pertunjukan gajah mirip stadion sepakbola. Pengunjung duduk di tribun yang mengelilingi lapangan. Pengeras suara dan kipas angin ukuran besar menjadi pelengkap tribun sehingga pengunjung merasa nyaman.

Pertama kali serombongan gajah memasuki lapangan. Ada 17 ekor gajah mulai yang berbadan bongsor sampai yang mungil. Mereka memasuki lapangan dengan ‘bergandengan’, belalai gajah yang belakang memegang ekor gajah yang ada di depannya, begitu semuanya. Masing-masing gajah dipandu oleh pawangnya yang bersergam baju dan celana jeans warna biru.

Satu persatu pertunjukan dimulai.

Setelah sampai di lapangan, smeua gajah membuat formasi lalu melakukan adegan seperti mengucapkan salam. Kedua kaki bagian depan diangkat dan ditempelkan persis seperti orang mengucapkan ‘sawatdi krap…’ kemudian datang 2 ekor gajah yang sangat besar memasuki lapangan. Ini seperti ‘raja’ gajah karena ukurannya yang sangat besar. Gajah raksasa ini menyalami pengunjung dan mengelilingi lapangan menghadap ke tribun. Beberapa orang pengunjung diangkat dengan belalainya. Setelah itu gajah-gajah tersebut kembali memasuki kandang di belakang lapangan.

Atraksi berikutnya adalah membidik balon. 2 gajah mungil berdiri. Kurnag lebih 10 meter di depannya ada rangkaian balon. Si Pawang memberikan panah-panah kecil untuk dibidikkan ke arah balon. Atraksi lucu yang menghebohkan. Pengunjung dibikin gerr saat gajah-gajah itu gagal mencapai sasaran, sebaliknya tepuk tangan bergemuruh ketika gajah-gajah mungil itu berhasil memecahkan balon.

Berikutnya adalah pertunjukan yang sangat heboh, 2 ekor gajah naik ke sepeda roda tiga. Masing-masing mengayuh sepedanya mengelilingi lapangan.
Kemudian ada pertunjukan melukis. Ternyata gajah juga memiliki jiwa seni yang cukup bagus, lukisan mereka terbilang sangat bagus.

Yang paling menegangkan adalah saat gajah-gajah ini bermain sepakbola, melakukan shooting jarak jauh maupun tendangan pinalti. Gaya mereka juga tidak kalah heboh dengan pemain sepakbola pada umumnya. Setelah berhasil memasukkan bola ke dalam gawang, mereka melakukan aksi ‘yes…yes…yes’ seperti striker yang berhasil mencetak gol. Sang penjaga gawang juga tidak kalah heboh. Melakukan tendangan voli, memegang bola dengan belalainya lalu menendang dengan kaki kanan bagian depannya.

Secara bergantian gajah-gajah itu melakukan atraksi bermain basket, hula-hula dancing dan bermain bola bowling. Ternyata mereka juga mahir melakukan dribble dan shooting. Bahkan lemparan 3 angka pun bisa dilakukan. Saking frustasinya, salah satu gajah yang beberapa kali gagal membuat poin, ia berlari dengan 2 kaki bagian belakangnya menuju ke gawang dan memasukkan bola tepat dari atas jaring, persis seperti gaya ‘salm dunk’ pemain NBA.

Sebagai penghujung pertunjukan ini, gajah-gajah melakukan atraksi berjalan melewati para pengunjung yang sebelumnya dipersilakan tidur di atas tikar yang disusun berjajar-jajar di tengah lapangan. Gajah-gajah secara bergantian berjalan melewati orang ini. Tidak ada yang terinjak tentunya, malah beberapa gajah bercanda dengan pura-pura menginjakkan kakinya di bagian perut dan dada pengunjung yang jadi relawan kemudian melewatinya.

Setelah menyaksikan atraksi gajah di Nong Nooch, kami juga masih mendapatkan suguhan atraksi binatang-binatang cerdas ini di Sri Racha Tiger Zoo yang letaknya kurang lebih 100 km dari Nong Nooch.

Mungkin jika Anda mencari Tiger Education Centre dan Crocodile Ed. Centre terbesar cuma ada di Thailand, ya tempatnya di Sri Racha ini. Pusat pelatihan ini disiain dengan sedemikian rupa sehingga para binatang cerdas ini dilatih sejak bayi.
Di Sri Racha, kami menyaksikan pertunjukan buaya. Disana ada 2 orang laki-laki dan perempuan yang melakukan atraksi di dalam kandang seperti rawa buatan berisi 6 ekor buaya berukuran besar. Dua orang ini melakukan pertunjukan yang membuat kami berdebar-debar. Bagaimana tidak, secara bergantian mereka memasukkan tangan ke mulut buaya, tidur di sampingnya, terlentang di punggung buaya sampai memasukkan kepala mereka ke mulut buaya yang sedang menganga, lengkap dengan gigi-giginya yang menyeringai tajam.

Di sana juga kami menikmati atraksi harimau yang pandai membuat formasi, naik ke atas kursi-kursi tinggi dan melompat melewati ring api.

Terakhir ada pertnjukan pig racing, yaitu balapan babi yang sering kita lihat di televisi. Yang menakjubkan adalah ada babi yang pandai berhitung. Bahkan saat ada pengunjung yang memberikan soal matematika berupa penjumlahan, pengurangan atau pembagian angka, si babi mengambil angka yang ada dalam deratan banyak angka sebagai jawaban dari soal tersebut.

Melihat semua atraksi ini saya jadi berfikir. Sebenarnya kalau kebun binatang di Indonesia juga banyak. Yang membuat berbeda adalah kemasannya. Mungkin dari sisi jumlah, buaya yang ada di Medan jauh lebih banyak dan ukurannya juga banyak yang lebih besar, namun di Medan kita hanya melihat buaya yang ada di rawa, tidak dalam bentuk pertunjukan. Begitu juga dengan binatang lain yang ada di kebun binatang kita. Yang berbeda adalah kreatifitas dalam menyajikan sebuah pertunjukan sehingga menarik orang untuk datang dan berkesan ketika menyaksikannya.

Nong Nooch, si Gadis Manis Sejuta Pesona



Sewaktu masih bertugas di Tanjung Balai Karimun, saya pernah menulis sebuah artikel tentang desa wisata. Di Karimun ada sebuah desa yang memiliki pemandangan eksotik dan kaya dengan sejarah budaya Melayu, namanya Desa Pulau Tulang. Saya membayangkan desa Tulang akan menjadi kawasan wisata terpadu dengan mengandalkan ragam budaya Melayu, taman bunga dan permainan tradisionalnya (http://karimun-bangkit.blogspot.com) sehingga menjadi ikon budaya bagi pariwisata di Kabupaten Karimun.

Ternyata bayangan itu saya temukan di Nong Nooch, sebuah desa indah yang menjadi obyek wisata andalan Thailand. Terletak tidak jauh dari Pattaya, sekitar 15 km arah tenggara.

Nong Nooch dalam bahasa Thai dibaca ‘nong nut’ artinya Gadis Manis. Dan memang Nong Nooch Village semanis namanya.

Memasuki kawasan wisata ini kami disuguhi pemandangan indah beranka ragam bunga. Sepanjang jalan dari batas desa sampai ke lokasi wisata (pentas tari tradisional dan pertunjukan gajah) warna-warni bunga menghiasi sepanjang jalan. Beraneka ragam jenis bunga, dari bogenvil, anggrek, kamboja, dan entah bunga apa lagi saya tidak terlalu hafal namanya. Yang jelas berwarna-warni dan indah dipandang.

Setelah bis berhenti, kami mendapatkan pemandangan indah bangunan yang dibuat dari kumpulan benda mirip guci atau semacamnya yang disusun membentuk aneka bangunan, hiasan taman, gajah, tuk-tuk dan banyak lagi. Tersusun dengan begitu indah. Di sini juga ada binatang-binatang yang jinak disiapkan untuk foto bersama. Ada burung, orang utan, monyet, sampai anak harimau. Di bagian belakang ada kebun anggrek dan aneka bunga yang sangat indah dan tertata rapi. Luasnya mencapai 2 hektar. Jadi pengunjung bisa dengan puas menikmati pemandangan aneka bunga.

Menuju rumah tradisional Thai dan tempat pementasan tari, kami juga disuguhi pemandangan aneka bunga. Sekali lagi sangat menakjubkan. Taman bunga yang terhampar begitu luas dan indahnya. Saya membayangkan seperti di negeri Belanda yang banyak bunga tulipnya. Para wisatawan memilih tempat mereka untuk berfoto dengan background aneka bunga pilihan masing-masing.

Acara pentas seni segera dimulai. Kami bergegas menuju tempat tersebut.
Sebagai tari pembuka seperti layaknya tari persembahan. Ada puluhan penari yang tampil dengan busana tradisional mereka. Ada seorang putri di tengah-tengah para penari lain. Seni tradisional ini ingin menunjukkan ragam dan kekayaan budaya Thailand, buktinya disana ada barongsai dan ada wayang, sebuah perpaduan budaya asia bagian utara dan selatan.

Selanjutnya berbagai ragam budaya ditampilkan. Mulai dari Thai Boxing, pertunjukan tabuh bedug yang sangat rancak (jadi teringat rampak kendang-nya jawa Barat) sampai berbagai jenis dari pergaulan muda-mudi Thailand. Yang tidak kalah menarik adalah figthing show yang menampilkan perang tradisional, ada yang dengan pedang, tangan kosong, toya, boxing sampai perang gajah.

Menyaksikan tari tradisional ini membuat saya menikmati perjalanan wisata ini. Ternyata Thailand tidak hanya mengandalkan woman show atau show-show yang banyak kita temukan di Pattaya saja, melainkan juga kekayaan ragam budaya yang memikat. Setelah menikmati sajian tari tradisional kami menuju tempat pertunjukan gajah dan kemudian makan siang di restoran yang tidak jauh dari sini. Masih di Nong Nooch Village, sebuah desa dengan sejuta pesona.

Thepprasit Honey dan Seribu Khasiat



Dalam perjalanan ke Bangkok dari Pattaya, kami singgah di sebuah perusahaan pengolahan madu yang bernama Thepprasit Project Co. Ltd. Mereka mengolah 3 jenis makanan yang memiliki kmiripan yaitu Madu, Bee Pollen dan Royal Jelly.

Begitu sampai di halaman kantor sederhana itu, kami diajak masuk ke kantor dan langsung dipersilakan duduk di sebuah ruang pertemuan di lantai 2. Meeting room sederhana, dan tidak menunjukkan bahwa ini sebuah kantor perusahaan internasional. Peralatan kantor yang biasa, hanya ada beberapa komputer di meja kerja staf. Ruang pertemuan yang berkapasitas sekitar 25 orang memang pas dengan jumlah kami. Hidangan minuman dari madu langsung kami minum dan menjadi penyegar tenggorokan kami yang sudah haus dari tadi.

Seorang wanita setengah baya, berumur kurang lebih 40 tahun menyapa kami dan dia mempersilakan kami meminum madu yang terhidang di meja.
Dengan berbahasa Indonesia cukup lancar, Ia mulai memperkenalkan diri dan menyatakan akan menceritakan beberapa hal tentang madu, bee pollen dan royal jelly.

Madu yang diproduksi Thepprasit Corporation ini tidak berasal dari lebah seperti pada umumnya, melainkan berasal dari bunga opium yang ditanam di daerah utara Thailand, tepatnya di kawasan Chiang Ray. Berbeda dengan opium yang dijadikan narkoba, madu dari opium ini tidak membuat ketagihan dan sama sekali tidak berbahaya malah justru memiliki khasiat yang banyak dan sangat bermanfaat. Opium yang dijadikan narkoba itu dibuat dari buah opium, tapi madu traprasit dibuat dari bunganya.

Meminum madu ini denegan teratur dan komposisi yang tepat dapat menyembuhkan panas dalam, mencegah inveksi, menetralisir oksidan dan menyembuhkan sariawan atau panas dalam. Minum madu juga baik bagi perokok untuk menetraslisir nikotin dan mencegah kanker paru-paru.

Namun ada syarat khusus dalam penyajian madu ini, yaitu tidak boleh menggunakan sendok dari bahan besi dan tidak boleh dicampur dengan air panas. Keduanya akan menghilangkan kandungan madu dan kandungan dalam besi yang bersenyawa dengan madu akan menghilangkan khasiatnya.

Bee Pollen dihasilkan dari jejak kaki lebah yang tertinggal di sarangnya. Bee Pollen juga memiliki kandungan yang bermanfaat banyak untuk manusia. Ada 22 jenis viatamin yang terkandung dalam bee pollen, membersihkan usus, membakar lemak, menyembuhkan keluhan prostat dan penyakit saluran pembuangan.

Sedangkan Royal Jelly dihasilkan dari susu lebah. Karena berasal dari susu, maka royal jelly sangat bermanfaat bagi pertumbuhan, membuat awet muda, mencegah penuaan dan monopause, meremajakan dan mengencangkan kulit. Royal jelly juga bisa dijadikan masker atau scrub wajah, menghilangkan jerawat dan mengganti darah kotor. Untuk mengatasi rasa sakit, minum royal jelly dapat menghilangkan rematik, asam urat, sakit maag dan baik juga untuk orang hamil, memperbaiki kualitas sperma dan meningkatkan kecerdasan otak. Disarankan untuk dijadikan multivitamin bagi anak-anak.

Demikianlah ibu setengah baya itu menerangkan dengan jelas apa dan bagaimana serta manfaat dari ketiga jenis produk yang ada di tempatnya bekerja itu. Setelah menjelaskan manfaat dan khasiatnya, ia lalu mempersilakan kami mencoba masing-masing produk tersebut.

Entah karena terpikat cara menjelaskannya yang sangat baik atau karena memahami manfaat ketiga jenis produk dari lebah itu sehingga sebagian besar dari kami membeli produk yang harganya cukup terjangkau, antara 650-3000 Baht.

Sesaat kemudian ada beberapa orang wanita muda yang membantu Ibu tadi untuk melayani pembelian kami. Mereka membawakan madu, bee pollen dan royal jelly dalam beberapa ukuran kemasan, memberikan kuitansi dan langsung melakukan transaksi di ruang pertemuan tersebut. Untuk pembelian dalam jumlah tertentu, misalnya 3000 Baht, pembeli mendapatkan bonus madu kemasan 60 ml.

Berbeda dengan cara menawarkan barang pada saat di pusat permata Gems Gallery yang dikemas dengan begitu mengesankan dengan visualisasi 3 dimensi, disini kami hanya mendengarkan penjelasan dari seorang wanita setengah baya namun juga membuat kami terkesan. Mungkin karena cara penyampaiannya yang lancar dan sikapnya yang bersahabat, atau karena penjelasan yang gamblang atas manfaat ari produk yang ditawarkan sehingga membuat kami terpengaruh untuk membeli.

Saya yang sudah berencana untuk tidak berbelanja lagi, tiba-tiba menyetujui untuk membeli madu dalam kemasan 1000 gram yang harganya 970 Baht. Saat itu juga saya menukarkan uang 50 USD yang masih ada di dompet menjadi Baht Thailand untuk membayar madu yang akan saya jadikan oleh-oleh untuk ayah tercinta.

Permata dan Simbol Cinta di Gems Gallery



Permata adalah salah satu simbol kemewahan, kemurnian, keanggunan dan juga cinta. Begitulah salah satu ungkapan yang disampaikan narator dalam sebuah perjalanan menyelusuri gua ‘permata’ di Gems Gallery Pattaya, Chonburi.
Kali ini kami mengunjungin sebuah galeri permata terbesar di dunia, Gems Gallery namanya.

Seperti biasa, begitu kami menginjakkan kaki di lobby galeri yang semewah hotel berbintang ini, kami disambut oleh para nong-nong (gadis-gadis) cantik yang mengucapkan salam seraya mengatupkan telapak tangannya di depan wajahnya sambil sedikit menundukkan kepala dan mengucapkan: sawatdi ka….

Kami kemudian dibawa ke sebuah tempat mirip stasiun kereta. Kami dipersilakan naik ke sebuah kereta listrik berkapasitas 8 orang. 4 orang di sebelah kiri dan 4 lainnya disebelah kanan. Di depan kursi ada tombol bergambar bendera negara-negara, salah satunya merah-putih. Ternyata itu adalah pilihan bahasa pengantar untuk narator.

Saat kereta listrik berkecapatan rendah itu berjalan, sang narator mulai berbicara lewat speaker yang ada persis di samping telinga. Suara lembut seorang wnaita itu menceritakan bagaimana sejarah terbentuknya batu permata. Kereta itu melewati sebuah terowongan gelap mirip sebuah gua. Ada beberapa tempat kereta berhenti dan disana kita melihat sebuah visualisasi 3 dimensi yang menakjubkan.

Beberapa saat kemudian kereta berhenti. Di samping kiri kami ada sebuah gunung berapi yang sedang memuntahkan lahar. Suara gemuruh dan bunyi tanah yang bergerak serta cahaya-cahaya seperti api yang menyala dan bara yang muncul dari balik tanah-tanah yang bergerak membuat kami seakan-akan benar-benar mengalami peristiwa gunung berapi.

Dari speaker yang ada pada sandaran kursi, narator menceritakan bahwa proses ini terjadi ratusan tahun sampai jutaan tahun silam. Gunung berapi yang memuntahkan lahar secara terus menerus. Lahar itu menggumpal dan sebagian gumpalan lahar yang menempel di dinding-dinding gua menjadi stalaktit dan stalakmit dalam periode ratusan tahun ada yang menjadi gumpalan-gumpalan batu mulia.

Kereta berjalan lagi. Sesaat kemudian kami berada dalam sebuah gua dengan stalaktit dan stalakmit yang berjajar di kanan-kiri kami. Beberapa diantara batu-batu yang menghujam itu ada yang berkilauan memantulkan warna merah, biru dan hijau.
Di pemberhentian berikutnya, kami seakan-akan berada dalam sebuah gua penggalian batu permata. Ada orang yang sedang mencangkul gua, memukul dinding batu untuk mencari batu-batu mulia. Mereka kemudian mengumpulkannya ke dalam sebuah ember. Seorang yang lain mendorong kereta mengambil batu-batu yang terkumpul lalu memasukkan ke dalam wadah lainnya yang tergantung pada sebuah tali. Di atas mereka teman-temannya menarik tali ke atas dan mengumpulkan batu-batu tersebut. Batu yang terkumpul akan dipilah-pilah oleh ahli permata untuk dipisahkan mana batu yang berharga mana yang tidak. Kemudian batu-batu itu dibawa untuk diolah menjadi batu mulia.

Pada pemberhentiian berikutnya ditunjukkan bagaimana metode yang lebih mudah dalam mengumpulkan permata. Dengan proses hidrolik, seorang menyiram dinding tebing dengan air, lalu air dialirkan dengan benda mirip talang, dikumpulkan ke sebuah penampungan di bagian bawah, lalu dengan peralatan sederhana, batu-batu itu langsung dipilah-pilah.

Visualisasi berikutnya menunjukkan bagaimana permata berbagai jenis itu diolah dan dibentuk sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Ada yang dijadikan perhiasan, ada yang dijadikan aksesoris pakaian raja, variasi pada bangunan istana juga untuk menghias kuil dan tempat peribahdahan. Benda-benada kerajaan seperti mahkota, tongkat raja, baju kebesaran dan berbagai kebutuhan lainnya.

Juga ditunjukkan bagaimana pengolahan dan pengguaan permata itu memiliki variasi yang berbeda-beda di berbagai negara. Ada yang dijadikan hiasan pada tenunan kain, ada dijadikan hiasan topi, selendang dan lain sebagainya. Bentuk permata juga bermacam-macam. Ada yang berbentuk prisma segitiga, kotak, kubus, bulat dan lainnya yang menurut inventarisasi mereka ada 154 jenis bentuk permata.

Logam mulia juga menjadi lambang kemakmuran sebuah negara. Dalam perjalanan kereta itu ditunjukkan bagaimana kebesaran negeri-negeri masa lalu yang selalu ditunjukkan melalui hiasan dari permata. Ada replika bangunan-bangunan di Mesir, patung raja-raja dan perlengkapan istana yang berhiaskan permata. Demikian juga ada replika dari negeri Cina, India, Roma dan seterusnya.

Pada sebuah pemberhentian berikutnya ada sebuah screen yang meunjukkan bagaimana permata menjadi lambang ungkapan cinta dari berbagai generasi. Permata yang menjadi simbol ungkapan cinta kepada orang-orang yang disayang. Visualisasi yang ingin menggiring para pengunjung agar membawa oleh-oleh permata untuk orang-orang tercinta mereka.

Bagian teakhir petualangan di gua permata ini ditunjukkan bagaimana proses pengolahan permata yang membutuhkan akurasi perhitungan, ketelitian, ketajaman dalam intuisi dan kesabaran. Ini menunjukkan betapa bernilai dan berharganya sebuah permata. Berbeda dengan visualisasi pada pemberhentian sebelumnya yang ‘alami’, disini visualisasi lebih futuristik dan menunjukkan kecanggihan teknologi. Mereka seakan-akan ingin menunjukkan bahwa galeri ini menggabungkan proses alami an kecanggihan teknologi dalam mengolah permata. Disini juga disampaikan bahwa Gems Gallery memiliki 4 cabang di 4 kota, Bangkok, Pattaya, Phuket dan Chiang May.

Keluar dari ‘gua’, kereta berhenti di sebuah ‘stasiun’ khusus. Kemudian kami dibawa melewati para pekerja yang sedang dengan tekun mengolah permata menjadi berbagai macam bentuk. Ada ratusan pekerja laki-laki dan perempuan dengan peralatan mereka sedang membentuk batu-batu mulia itu, memasannya pada cincin, kalung, dan perhiasan lainnya. Jenis logam mulia yang diolah juga bermacam-macam, ada ruby, diamond, gold, silver, jade dan logam jenis lain yang juga memiliki warna dan bentuk bermacam-macam.

Terakhir kami dibawa menuju ruang pameran permata yang sudah menjadi bentuk-bentuk perhiasan siap pakai. Semuanya terpampang pada ratusan etalase yang berjajar dengan dipandu oleh para Sales Promotion Girl galeri ini. Tentu saja mereka menawarkan kepada semua pengunjung untuk membeli permata menurut yang disukai. Harganya ada yang murah dan sampai yang paling mahal. Ada yang hanya ratusan Baht tapi juga banyak yang harganya puluhan ribu bahkan ratusan ribu dan jutaan Baht.

Kekaguman kami bukan hanya melihat permata-permata yang berkilau dan sangat menarik perhatian kami. Kami juga kagum bagaimana mereka mengemas sebuah presentasi menjadi visualisasi yang menakjubkan. Sebuah pengalaman yang mengesankan dan tidak akan terlupakan. Sebagaimana mengesankan permata-permata itu. Pengalam di Gems Gallery adalah memorable experience yang luar biasa.