Saturday 29 March 2008

Eksotika Pattaya


Pattaya terletak kurang lebih 240 km sebelah tenggara Bangkok. Perjalanan bis bisa ditempuh dengan 3-4 jam. Kawasan wisata yang sangat terkenal dengan wisata baharinya ini memiliki beraneka macam pesona yang menawan.

Pantai yang terletak di wilayah Samudera Pasifik memiliki beragam eksotika yang menarik para wisatawan baik Asia maupun belahan benua lainnya. Pantai yang indah dengan pasir yang halus bisa menjadi teman menikmati tenggelamnya matahari. Para wisatawan Eropa biasanya berjemur mulai dari pagi hari menikmati cahaya matahari.
Di spanjang pantai berdiri hotel-hotel berbintang dan sarana wisata lainnya. Salah satunya adalah Hard Rock Café. Sebuah replika gitar berukuran raksasa menjadi icon kawasan ini dengan berlatar belakang Hard Rock Hotel.

Kawasan wisata Pattaya terkenal ke seluruh dunia karena kelengkapan sarana wisatanya yang terkenal dengan 5S (sand, sea, sun, show dan sex). Sand karena pantainya yang bagus dengan pasirnya yang halus. Sea adalah pemandangan laut dan olahraga air yang lengkap, seperti jetski, boat, cruiser, sampai kapal pesiar semua ada di Pattaya Beach. Sun adalah karena pemandangan matahari terbit dan terbenam yang eksotik. Show adalah karena disini pengunjung dimanjakan berbagai macam show yang menjadi trademark tersendiri seperti Cabaret Show di Alcazar, Model Show dan show-show yang lain. Termasuk juga Sex, yang sangat terkenal di dunia bahwa kawasan ini adalah termausk salah satu pusat kegiatan dewasa nomor satu di dunia.

Untuk mencari tempat menginap sama sekali bukan masalah sulit disini karena ada puluhan hotel berbintang di sepanjang pantai. Restoran dan kuliner lain juga dengan mudah kita dapatkan disana. Gallery, mall dan tempat belanja lainnya tentu saja menyertai para pengunjung setiap waktu.

Di malam hari, kawasan ini menjadi semakin ‘hidup’. Beraneka ragam show, bar,live music, traditional massage, body massage dan aneka massage lainnya.

Salah satu show yang menjadi simbol wisata di Pattaya adalah Cabaret Show. Bahkan ada pemeo belum ke Pattaya sebelum melihat show para waria ini. Bertempat di sebuah gdeung yang bernama Alcazar, show ini menarik perhatian banyak wisatawan. Bahkan untuk bisa menikmati show ini, para pengunjung harus melakukan reservasi paling tidak sehari sebelumnya agar tidak kehabisan tempat. Jumlah tempat terbatas, hanya 960 kursi sekali pertunjukan. Pengunjung cuma perlu membayar 600 Baht untuk sekali show-time. Pertunjukan ini menampilkan kebolehan para waria. Meskipun bukan wanita tulen, tapi kecantikan para waria yang tampil dalam pertunjukan ini bisa mengecoh penglihatan kita.

Malam hari di Pattaya menjadi sebuah momen untuk rileks bagi para wisatawan. Jika ingin mengendorkan otot, di sepanjang jalan dan banyak tempat tersedia berbagai jenis massage. Jika Anda bukan tipe orang yang suka menikmati show, silakan memilih aktivitas belanja. Salah satu hipermarket terkenal Big-C yang terletak tidak jauh dari Alcazar bisa menjadi alternatif. Saya sendiri lebih senang menghabiskan waktu di warnet yang ada di Mall tersebut untuk mengecek email dan meng-update blog sambil menikmati secangkir kopi instant.

Chao Phraya River dan Wat Arun



Sungai Chao Phraya membentang dari utara ke selatan sepanjang 360 km, meruapakan sungai paling panjang di Bangkok. Sungai ini membelah ibukota Thailand ini menjadi dua bagian, timur dan barat. Di sungai inilah dulu terkenal dengan pasar terapung (floating market) namun sekarang sudah tidak ada lagi orang berjualan di atas perahu seperti dulu. Hanya beberapa orang yang menjajakan suvenir dengan perahu dayung mendekati perahu motor yang dinaiki para wisatawan.

Sepanjang pinggir sungai Chao Phraya ini berdiri gedung-gedung tinggi, kampus, rumah sakit dan kuil-kuil megah yang berjejer. Di atas sungai ini juga banyak jembatan penghubung. Jembatan-jembatan yang besar menghubungkan bagian Timur dan Bagian Barat, seperti Jembatan Rama 8, Phra Pinklao Bridge, Memorial Bridge, Phra Poklao Bridge dan Somdej Phrajao Thaksin Bridge di bagian selatan kota Bangkok.

Kuil yang megah dan terkenal juga banyak berdiri di sepanjang Chao Phraya ini. Mulai dari bagian utara ada Wat Kaluhabadee, Dawndueng, Wat Muang Kae dan Wat Suwan di bagian selatan dan yang paling besar adalah Wat Arun.

Di sepanjang singaui ini juga berdiri banyak hotel berbintang, pasar bunga, sekolah, akademi kesehatan, rumah sakit kerajaan dan Istana Kerajaan, The Grand Palace juga kelihatan sangat indah jika dilihat dari sungai ini.

Wat Arun adalah salah satu kuil yang unik. Karena itulah, kuil ini menjadi salah satu tujuan para wisatawan dari berbagai penjuru negara di dunia. Wat artinya kuil dan arun artinya pagi. Ceritanya dulu ada seorang yang menemukan kuil di waktu pagi hari. Maka namanya terkenal dengan sebutan Wat Arun (Kuil Pagi).

Bangunan utamanya berbentuk mirip Candi Prambanan di Indonesia. Tingginya 67 meter dan bahan-bahan bangunanannya didatangkan khusus dari Cina. Disini juga pernah menjadi ibukota negara, sebelum pindah ke seberang sungai di Bangkok Timur.
Untuk menjelajahi seluruh bagian bangunan Wat Arun dibutuhkan stamina yang kuat karena tangganya tersusun dari bawah ke atas untuk menuju ke puncak candi. Dipastikan akan menguras tenaga untuk bisa mengelilingi seluruh bagian Wat Arun ini. Karena itulah sebagian wisatawan hanya memilih melihat dan berfoto dari bawah candi. Bahkan sebagian lagi langsung menuju ke sebelah candi yang merupakan pasar tradisional yang khusus menjual suvenir, seperti kaos, baju dan aksesoris lainnya.

Disini para wisatawan bisa mendapatkan oleh-oleh dengan harga yang relatif murah dan kualitas yang cukup bagus. Tidak seperti suvenir tshirt di tempat wisata lain (termausk di Indonesia) yang biasanya kaosnya memiliki kualitas ala kadarnya, disini kita bisa mendapatkan kaos bergambar aneka ragam ciri negara Thailand dari bahan berkualias cukup baik dengan harga relatif murah. Tshirt dewasa misalnya, hanya dijual 80-100 Baht dan tshirt anak-anak hanya dijual dengan harga 60-80 Baht.

Rombongan kami tidak menyia-nyiakan kesempatan berburu oleh-oleh di Wan Arun ini. Maka ketika waktunya pulang, tidak ada yang tidak membawa kantong plastik, bahkan ada yang membawa lebih dari satu kantong karena banyaknya barang belanjaan yang dibeli. Ada yang membawa tas, kaos, baju, sepatu, sandal, aksesoris dan pernik-pernik lainnya.

Grand Palace, Istana Raja dan The Emerald Budha


The Grand Palace, mulai dibangun pada tahun 1782 saat ibukota dipindahkan ke Bangkok. Istana ini bukan hanya sebagai tempat tinggal Raja dan keluarganya, namun juga berfungsi sebagai tempat ibadah, balai pertemuan dan sekaligus salah satu kantor pemerintahan kerajaan Thailand. Salah satu tempat yang sakral adalah Emerald Budha, tempat raja melakukan sembahyang.

Menduduki lahan seluas 22 km2, istana ini dikelilingi tembok pada keempat sisinya. Saat ini tidak lagi menjadi istana resmi kerajaan, karena istana yang baru telah dibangun di tempat lain, namun tidak bisa dikunjungi wisatawan. Saat ini Grand Palace hanya menjadi tempat wisata, peringatan-peringatan hari besar dan upacara adat kerajaan. Salah satu upacara yang sakral adalah acara wan char mung khun yaitu hari pelantikan raja (di kerajaan Jawa disebut jumenengan) yang diperingati setiap tanggal 5 Mei.

Pada tahun 1982, tepat pada peringatan 200 tahun pembangunan istana ini, dilakukan pembersihan total dan renovasi beberapa bagian tanpa mengurangi keaslian bangunan ini. Pada salah satu vihara yang diberi nama Prasat Phra Dhepbidorn (The Royal Pantern) yaitu tempat patung para raja, terdapat sebuah patung Budha yang dibawa dari salah satu Stupa Candi Borobudur, Indonesia. Waktu itu dilakukan tukar-menukar patung, Pemerintah Indonesia memberikan 4 patung Budha dari Borobudur dan Pemerintah Thailand memberikan 4 buah patung Gajah yang saat ini disimpan di Museum Gajah, Jakarta.

Komplek Grand Palace ini memiliki 34 rumpun bangunan. Ada bangunan khusus untuk penyimpanan abu jenazah Budha (Phra Siratana Chedi, yang berlapis emas dan berbentuk mirip Wat Arun), ada bangunan khusus menyimpan kitab suci (Phra Mondop), ada bangunan yang mirip Angor Wat (Model of Angor Wat), ada bangunan untuk menyimpan patung-patung para raja (Prasat Phra Dhepbidorn), ada juga bangunan khusus persemayaman jenazah keluarga kerajaan, yaitu Dusit Maha Prasat Hall, disinlah mendiang kakak Raja Bhumibol Adulyadej yang baru beberapa waktu lalu meninggal dunia, disemayamkan.

Pada salah satu bangunan yang disebut Temple of The Emerald Budha, terdapat patung Budha berukuran 48,3 cm dan tinggi 66 cm berbaju emas asli yang disesuaikan dengan 3 musim (summer, rainy dan winter), jadi bentuk bajunya akan menyesuaikan musim saat itu. Patung ini ditempatkan di puncak sebuah kuil persembahyangan yang ada di dalam rungan tempat berdoa umat Budha.

Adapun aula tempat pelantikan raja dinamakan Amarinda Winitchai Hall. Disinilah raja Bhumibol dilantik 61 tahun lalu. Saat itu usianya baru 19 tahun. Saat ini ruangan aula yang memiliki singgasana berayung 9 tingkat ini sering dipakai untuk acara perayaan ulangtahun raja.

Paket Wisata Yang Menggairahkan


Sebenarnya saya tidak termasuk yang akan ikut serta mengikuti wisata yang diselenggarakan oleh Indosat Regional Jawa Tengah dan DIY ini. Begitulah pengumuman yang disampaikan Head of Branch pada rapat para koordinator beberapa waktu lalu bahwa Manajemen memberikan reward kepada para Head of Reps se-regional ini untuk tur ke Bangkok bersama mitra media. Saya tidak termasuk yang disebutkan karena baru 2 bulan menjadi Kareps di Pekalongan ini. Dan karena ini reward, maka yang berhak adalah pejabat sebelum saya.

Namun saya terkejut ketika pada rapat para koordinator berikutnya disebutkan bahwa saya termasuk yang ikut serta dalam wisata ini, termausk juga mantan Kareps yang saya gantikan, Pak Ulung Prijowibowo.

Paket wisata yang dipandu oleh Janesak Travel Bangkok ini sangat menarik.
Hari pertama, keluar dari bandara internasional Suvarnabhumi dan memasuki kota Bangkok kami diajak makan malam di restoran D’Jit Pochana. Suguhan menu spesial Tom Yam dengan rasa yang mak nyuss membuat kami merasa di negeri sendiri. Kuahnya yang pas pedasnya, kaylan, ayam goreng dan sup hangat yang menjadi santapan kami malam itu menghilangkan rasa lapar yang belum hilang walaupun sudah makan di pesawat. Maklum, menu di pesawat yang ’hanya’ kentang dan lauk ayam, belum mengenyangkan. Kalau belum makan nasi ya belum makan…. Begitu istilah kami. Maka dari itu sajian D’Jit Pochana menjadi makanan yang berkesan pada malam pertama di Bangkok. Setelah itu kami mampir ke pasar malam Suan Lum Bazaar sebelum check-in di Grand Mercure Hotel, Park Avenue, tempat menginap kami malam itu.

Suan Lum adalah sebuah pasar tradisional yang menjajakan berbagai suvenir khas Thailand. Suasananya mengingatkan kita dengan Pasar Johar di Semarang. Selain bisa belanja, pengunjung juga bisa menikmati makanan di sebuah Pujasera (pusat jajan serba ada) yang ada di tengah pasar ini. Disini juga ada hiburan live music untuk menyertai pengunjung yang sedang menikmati makanan yang disajikan.

Pagi harinya kami mengunjungi Grand Palace, istana raja dibangun sejak tahun 1782 M, namun saat ini sudah tidak menjaditempat tinggal raja dan keluarganya. Isana ini hanya menjadi tempat pertemuan dan peristirahatan para tamu. Sedangkan istana raja sendiri tidak diperbolehkan untuk kunjungan wisatawan.

Kami juga mengunjungi Emerald Budha, kuil terbesar yang menjadi kebanggaan warga Bangkok dan masih terletak di lingkungan Grand Palace. Disana para wisatawan bisa melakukan persembahan kepada Budha yang patungnya terbuat dari emerald warna biru, mngambil air suci atau hanya sekedar melihat-lihat kuil yang bertahtakan perhiasan. Disini pula para raja biasanya melakukan sembahyang.

Dari Grand Palace, kami jalan kaki menuju dermaga tempat berlabuhnya boat untuk menyusuri sungai Chao Phraya. Di atas perahu motor inilah kami melihat pemandangan kota Bangkok dan bangunan-bangunan yang berjajar di pinggir sungai. Ada banyak kuil besar, rumah sakit megah dan kampus yang terlihat di sepanjang sungai ini. Istana The Grand Palace juga terlihat begitu indah dari atas perahu ini. Kemudian dengan diantar nahkoda boat yang disampingi istrinya, kami menuju Wat Arun, kuil yang dengan candi yang menjulang tinggi mirip Prambanan. Disinilah kami banyak menghabiskan Baht untuk membeli oleh-oleh untuk temana dan kerabat.

Setelah berbelanja kami kembali naik perahu motor yang sudah menunggu menuju Wan Fah Restaurant untuk makan siang. Masakan khas chinese food dan hidangan buah-buahan menyegarkan kembali stamina kami yang hampir habis untuk berjalan-jalan mendaki candi Wat Arun dan berburu suvenir.

Selesai makan siang kami menuju arah Pattaya. Letaknya kurang lebih 240 km dari Bangkok dan ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam.

Dalam perjalanan ke Pattaya, pemandu mengajak kami singgah di Gems Gallery, show room permata terbesar di Thailand. Suguhan mengesankan saat kami diajak naik kereta ke dalam gua dan mengikuti diorama pplus audio visual proses pengolahan permata. Kemasan sajian yang luar biasa membuat kami terkagum-kagum, bukan hanya kepada keelokan permata, namun juga penyajian cerita yang sangat menarik dan mengesankan. Di akhir rute Gems Gallery, kami diajak melihat secara langsung workshop pengolahan permata dan pameran aneka rupa permata, zamrud, berlian, jade dan logam mulia lain yang menakjubkan.

Agenda malam hari ini di Pattaya adalah ke Hard Rock Café Pattaya, foto-foto di pantai, makan malam restoran Grand Pattaya Hotel, menonton Cabaret Show di Alcazar bagi yang mau, menonton Model Show, jalan-jalan di Big-C supermarket lalu check-in ke Mercure Pattaya, tempat kami menginap malam itu.

Sebelum tidur, kami sempat jalan-jalan ke Walking Street, naik Tuk-tuk yang menjadi kendaraan suttle dari hotel ke jalan raya, dan membeli suvenir kecil yang bisa dibawa. Sebagian yang lain pergi menonton pertunjukan yang banyak tersedia di komplek wisata yang terkenal ini.

Esok harinya, setelah makan pagi di hotel, kami menuju Nong Noach Village. Sebelumnya singgah sebentar di Treprasit Project Co. Ltd, yakni sebuah perusahaan pengolahan madu, Bee Pollen dan Royal Jelly. Oleh pramuniaga disana kami dijelaskan proses pembuatan madu, khasiat madu, bee pollen dan royal jelly. Hampir semua anggota rombongan tertarik membeli produk ini setelah mencoba dan dijelaskan khasiatnya.

Di Nong Noach Village, kami mendapat pertunjukan seni tradisional Thailand, tarian, atraksi bedug dan Thai Boxing serta pertunjukan gajah sampai makan siang.
Setelah makan siang dan sholat, kami melanjutkan perjalanan menuju Sri Racha Tiger Zoo.

Disana peserta tur diajak menikmati suguhan atraksi-atraksi menarik dari berbagai jenis biantang. Ada Tiger Show, Crocodile Show dan Pig Racing. Disini juga ada Tiger Education Centre dan Crocodile Education Centre, tempat pendidikan bagi para singa dan buaya dalam belajar melakukan atraksi. Ada juga pertunjukan babi yang terampil dalam menghitung.

Dari Sri Racha Zoo rombongan melanjutkan perjalanan ke arah Bangkok. Kurang lebih satu jam sebelum sampai Bangkok, kami mampir di tempat pembelian makanan khas Thailand. Ada aneka kripik dari buah-buahan. Hidangan kelapa bakar yang manis dan harum menjadi pengobat rasa haus di tengah terik matahari Suchumvit Highway.
Menjelang petang, saatnya kami melanjtkan perjalanan menuju kota Bangkok. The Royal Dragon adalah sasaran berikutnya. Di Restoran terbesar di dunia versi Guiness Book of Records tahun 1992 inilah kami akan menikmati makan malam. Tepat jam 19.00 waktu setempat kami menikmati hidangan masakan khas Cina yang menggoyang lidah. Di samping hidangan yang lezat kami juga kagum dengan pelayanan yang atraktif. Selengkapnya baca “The Royal Dragon, Pelayan ber-flying-fox dan Sepatu Roda.”

Agenda terakhir malam ini adalah jalan-jalan di salah satu kawasan Mall terbesar di Bangkok. Tepatnya di MBK. Tidak jauh dari sini juga ada Siam Square dan Hard Rock Bangkok. Masih ada beberapa suvenir yang bisa kami bawa untuk melengkapi oleh-oleh sebelum akhirnya kami kembali ke Hotel Grand Mercure, tempat pertama kami menginap di ibukota negaranya Dr. Thaksin ini.

Malam terakhir kami habiskan untuk mengemas barang-barang yang sebagian besar tidak muat lagi masuk ke dalam koper yang kami bawa. Travel-bag para peserta rata-rata sudah ‘beranak’ karena banyaknya bawaan tambahan berupa suvenir dan oleh-oleh lain.
Esok hari, ketika matahari belum lagi terbit, kami telah berkumpul di bis untuk menuju bandara dan bersiap pulang kembali ke negara tercinta, Indonesia.
Koppun Krap Bangkok…. Koppun Krap, Indosat.

Kota Penuh Keramahan


Sejak pertama menginjakkan kaki di Bangkok hingga meninggalkan negeri gajah ini, satu hal yang sangat berkesan adalah keramahan yang kami terima dari hampir semua orang yang kami temui.

Senyuman, sapaan dan ucapan terima kasih dengan mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada sambil mengucapkan Kop Pun Krap… atau Kop Pun Ka…selalu menjadi hidangan setiap kami datang atau meninggalkan tempat yang kami kunjungi.

Mulai dari pemandu wisata yang selalu menghiasi wajahnya dengan senyuman dan sikap melayani yang luar biasa, bapak sopir bis yang juga selalu mengantarkan rombongan tur ke tempat tujuan dengan penuh helpful sampai para penjaja makanan maupun pedagang suvenir. Keramahan juga ditunjukkan oleh para penjual tiket pertunjukan, petugas administrasi, pengawal istana sampai para polisi wisata.

Ketika mengunjungi Wat Arun misalnya, saya sangat kagum dengan sikap para penjual suvenir yang melayani dengan cekatan dan ramah. Meskipun barang yang dijual tidak bisa ditawar karena mereka memberikan harga pas, tapi kualitas barang yang dijual memang memuaskan kami. Dengan bahasa Indonesia yang cukup baik, penjual yang rata-rata wanita ini melayani dengan penuh antusias. Mereka bahkan sering menggunakan istilah-istilah prokem yang sedang ngetren di Indonesia, bahkan saat saya memasuki sebuah toko, ibu pemilik toko memutar lagu Ebiet G Ade, seakan tahu lagu kesukaan saya itu.

Saya jadi teringat beberapa bulan lalu mengunjungi Pasar Klewer bersama beberapa teman kantor. Waktu itu kami baru pulang kondangan pesta pernikahan rekan kami. Sebelum pulang ke Tegal, kami mampir untuk membeli oleh-oleh di pasar terbesar di Jawa Tengah ini. Solo yang menjadi icon keramahan orang Jawa, ternyata tidak serta merta kami terima di pasar ini. Ibu penjual jajan khas kota keraton ini bahkan melayani dengan sikap sangat ketus dan bahasa yang menyakitkan telinga, nyelekit menurut istilah di kampung saya. Saat kami tidak jadi membeli, bahkan si Ibu sempat mengucapkan kata-kata sinis yang menyakitkan hati.

Berbeda dengan sikap yang kami terima selama di Bangkok ini, hampir semua orang menyapa dan melayani dengan ketulusan, bahkan jika kami tidak jadi membeli barang sekalipun mereka tetap mengucapkan terima kasih atas kedatangan kami.

Jangan ditanya keramahan para pramugari di pesawat Thai Airways internasional yang kami tumpangi dari Jakarta ke Bangkok dan sebaliknya, sangat kontras dengan pelayanan pramugrai Garuda Indonesia yang kami ikut naik dari Jakarta ke Semarang. Atau jangan ditanya keramahan para nong-nong yang menunggu pelanggan di panti-pnati pijat yang tersebar hampir di semua tempat di Bangkok dan Pattaya.

Jangan ditanya keramahan para model di lokasi Model Show. Jangan ditanya keramahan para artis di Alcazar Show. Jangan ditanya!

Ibukota Berpindah 4 Kali


Bangkok adalah sebuah provinsi yang menjadi ibukota kerajaan Thailand saat ini. Sebelumnya beberapa kota pernah menjadi ibukota kerajaan. Pertama kali ibukota di wilayah utara negara ini, Sukuthai, kemudian pindah lagi ke Ayuthaya. Di bagian barat sungai Chao Phraya, wilayah Thonburi, juga pernah menjadi ibukota negara ini. Disanalah berdiri kuil legendaris, Wat Arun.

Baru sejak tahun 1782, pihak kerajaan memindahkan ibukota ke Bangkok dan sejak saat itu pula dibangun Istana Kerajaan ‘The Grand Palace’ yang terletak di bagian timur sungai Chao Phraya.

Memiliki luas 1500 km2, Bangkok berpenduduk kurang lebih 10 juta jiwa di siang hari dan 8,5 juta di malam hari. Hampir sama dengan ibukota negara lain, di siang hari penduduk lebih banyak karena para pekerja urban yang datang dari kota-kota lain di sekitar ibukota. Jakarta, ibukota negara kita dihuni oleh 11 juta orang di siang hari dan 8 juta di malam hari. Selisihnya adalah para komuter yang berangkat dari rumah mereka pagi-pagi dan pulang lagi malam harinya ke daerah-daerah Bogor, Bandung, Depok, Tangerang, Bekasi dan sekitarnya.

Kota ini dibagi menjadi dua bagian oleh sungai Chao Phraya, yaitu Bangkok bagian timur dan Bangkok bagian Barat.

Selain The Grand Palace yang dikunjungi ribuan wisatawan setiap harinya, ada banyak tempat wisata yang menarik tersebar di kota ini. Wat Arun atau yang juga terkenal dengan sebutan Temple of the Dawn juga menjadi objek wisata yang diidamkan banyak tamu dari negara lain. Beberapa tempat lain yang menarik adalah Monumen Demokrasi, yang terletak di persimpangan Kao San Road dan Dinso Rd, Wat Saken atau yang terkenal dengan sebutan Golden Mount, Wat Ratchanadda yang terletak tidak jauh dari candi Wat Saken.

Ada juga Museum Vimanmek, Royal Barges Museum, Monumen King Rama V yang bisa dikunjungi, Monumen Kebebasan (Victory Monument) yang terletak di wilayah Ratchathewi dan wisata kebun binatang Dusit Zoo (Kaho Din).
Di luar kota Bangkok, Thailand memiliki banyak sekali tempat kunjungan wisata bertaraf internasional. Setiap hari ribuan wisatawan asing dari berbagai negara berkunjung baik untuk menikmati indahnya pantai, wisata belanja atau hiburan yang disuguhkan. Sebut saja Pattaya, Noong Nocch Village, Tiger Zoo, Chiang May, Chiang Ray atau Pulau Phuket.

Tuk-tuk adalah transportasi khas Thailand yang banyak kita temui di hampir setiap tempat. Kendaraan beroda tiga ini juga menjadi transportasi suttle di beberapa hotel berbintang. Selian Tuk Tuk, ada bis, taksi dan kendaraan sewa yang bisa Anda gunakan untuk mengelilingi kota.

Yang tidak kalah menarik adalah wisata kuliner di negeri ini memberikan sensasi kenikmatan masakan khas dan paket Romantic Dinner di atas boat. Salah satu wisata kuliner yang menarik adalah makan di restoran terbesar sedunia versi The Guiness book of Record tahun 1992, The Royal Dragon.

Thailand, Tanah Merdeka yang Tak Pernah Dijajah


Sawatdi Krap…
Yin di ton rap fi Bangkok


Ucapan ramah menyambut kami begitu menginjakkan kaki di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok. Selamat siang, selamat datang di kota Bangkok, begitulah kira-kira arti kalimat tersebut. Seorang laki-laki berusia kurang lebih 30 tahun yang akan menjadi pemandu kami selama melakukan tur di Bangkok dan Pattaya dalam 3 hari ke depan. Dengan bahasa Indonesia yang sangat lancar, guide dari Janesak Travel Co. Ltd. Bangkok tersebut langsung menyalami kami, memperkenalkan diri dan mengantar kami menuju bis yang akan membawa kami berkeliling.

Sampai di luar bandara, seorang wanita cantik berpakaian adat Thailand menyambut kami dengan kalungan bunga yang terangkai cantik pula. Kami ibarat rombongan wisatawan yang pertama kali hadir di sebuah momentum tahun kunjungan wisata. Jadi teringat bahwa tahun 2008, pemerintah kita membuat program wisata Visit Indonesia 2008.

Setelah berfoto dengan nong cantik tersebut, kami menaiki bis yang telah disiapkan. Jumlah rombongan ada 25 orang termasuk pemandu. Bangunan bandara yang membuat kami takjub sejak turun dari pesawat semakin membuat kami terpesona ketika melihat bangunan dari luar gedung. Dengan model bangun yang futurisktik, pantas sekali pelabuhan udara ini menjadi bandara internasional.

Awalnya, kami melihat Thailand ini tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Melihat bentuk bangunan, struktur tanah, tata kota dan jalanraya, sepertinya hampir sama dengan Jakarta, Semarang atau kota-kota besar lain di Indonesia. Apalagi saat memasuki perbatasan kota Bangkok, rumah susun yang tidak terlalu rapi, sungai yang agak jorok, perkampungan sedikit kumuh, beberapa masjid di kejauhan, jalanan yang mulai macet mengingatkan suasana ibokata negara kita.

Sejak bis berjalanan, pemandu menceritakan banyak hal tentang latar belakang negara Thailand, kota Bangkok, situasi ekonomi dan politik terkini, perdagangan dan pariwisata yang menjadi tumpuan pendapatan negara yang juga disebut Muangthai ini.
Thailand berasal dari kata Thai yang berarti merdeka (juga merupakan nama suku yang tinggal di bagian utara negara ini) dan Land yang berarti tanah. Jadi Thailand adalah tanah merdeka. Negara ini tidak pernah dijajah bangsa lain. Maka dari itu negara ini tidak memiliki Hari kemerdekaan. Mereka hanya memperingati hari ulangtahun ibukota, hari ulangtahun raja atau hari naik tahtanya raja (jumenengan, dalam adat keraton).

Dengan jumlah penduduk kurang lebh 63 juta jiwa, negara yang memiliki nama lain Siam dan Muangthai ini terdiri dari 3 suku besar yang tinggal di bagian utara (tai), selatan dan timur (suku isan). Meskipun ada beberapa gejolak di bagian selatan negeri ini, namun secara umum keadaan negara ini relatif aman. Terjadinya kudeta yang sudah mencapai 20 kali tidak terlalu berpengaruh pada stabilitas ekonominya yang selalu pulih setelah ada gejolak.

Dipimpin oleh seorang raja dan kegiatan pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri, negeri penghasil buah-buahan ini penduduknya sebagian besar beragama Budha dan Hindu. Sebagian lainnya beragama Kong Hu Cu, Kristen, Katolik dan Islam.

Raja Bhumibol Adulyadej yang tahun lalu merayakan ulangtahunnya ke-81 dan masih berkuasa sampai saat ini telah menduduki tahtanya selama 61 tahun lebih.