Sunday 30 March 2008

The Royal Dragon, Pelayan ber-flying-fox dan Sepatu Roda



Diferensiasi, adalah kata kuci sukses pemasaran menurut Hermawan Kertajaya. Dan rumus inilah yang rupanya diterapkan oleh The Royal Dragon, salah satu restoran terbesar di dunia yang ada di Bangkok.

Apanya yang beda?

Restoran bergaya klasik Cina ini memang memiliki banyak keunikan. Mulai dari disain bangunanannya, jenis masakannya, model penyajian dan masih banyak lagi.

Begitu tiba di halaman parkir restoran ini saya dibuat takjub dengan pemandangan yang ada di depan mata. Sebuah bangunan megah mirip kuilnya Wong Fei Hung dalam film Kungfu Master. Di bagian lobby, kami disambut seorang resepsionis dan di sebelah kirinya ada replika sertifikat Guiness Book of Records dalam ukuran besar. Rupanya ini adalah sertifikat yang diterima restoran ini pada tahun 1992 sebagai restoran terbesar di dunia.

Terbesar dalam hal apa?

Rumah makan bergaya oriental ini mampu menampung 5000 pengunjung sekaligus, menempati bangunan seluas 16.000 m2 untuk melayani pelanggannya, di luar ruang masak yang punya 9 buah dapur dan masih ada lapangan parkir seluas 13.372 m2.

Di restoran ini bekerja lebih dari 1200 orang yang terdiri atas staf, pelayanan, chef dan yang lainnya. Mempunyai 3000 jenis item makanan yang bisa dipilih dan dengan utiliti yang dimiliki: 24.500 buah piring dan 17 ribu lebih sendok dan garpu untuk menyajikan menunya.

Yang menarik bukan hanya itu. Karena luasnya area yang harus di-cover oleh para pelayanan, maka para pramusaji menggunakan sepatu roda untuk mondar-mandir dari dapur ke ruang saji. Maka jalan-jalan di sepanjang koridur menjadi riuh renah sepatu roda para pelayanan yang membawa menu sajian atau mendorong kereta berisi makanan menuju ke tempat para pelanggan. Semua pelayan berpakain khas Cina berbagai warna, lengkap dengan topi uniknya seperti yang kita lihat di film-film mandarin.

Saat sedang asyik menikmati makanan, kami dihebohkan suara orang yang bergemuruh. Ternyata tepat di samping tempat kami makan, salah seorang pelayanan sedang menggantung pada sebuah tali dari sling baja membawa mangkuk besar berisi sup panas. Ternyata pelayan tersebut mengantarkan makanan dengan cara menggantung di tali, persis seperti flying fox hanya saja ia menggunakan roda dan bisa bolak-balik dari dapur ke ruang saja atau sebaliknya.

Malam itu menjadi malam terakhir yang mengesankan di Bangkok. Paling tidak saya pernah menikmati makanan di salah satu restoran terbesar di dunia. Dan yang lebih penting lagi adalah pelajaran, bagaimana mengemas sebuah produk dan layanan sehingga menjadi kenangan yang mengesankan bagi pelanggan.

Sampai disini saya dapati hampir semua yang saya alami dan lihat di sepanjang perjalanan wisata ini adalah kenangan yang mengesankan. Memorable Expperiences.

No comments: